Kenapa Wajib Nonton 'Rise of Empires: Ottoman' ???
Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Sebelum masuk kedalam pembahasan kita ulas terlebih dahulu sinopsis dari Rise of Empires: Ottoman. Rise of Empires: Ottoman sendiri merupakan serial dari Netflix yang di Sutradarai oleh Emre Sahin yang mendapatkan penghargaan Best Sinematografi di Beverly Hills Film Festival, Audience Choice Award di West Chester Film Festival, dan Best Foreign Short di Fort Lauderdale International Film Festival.
Serial Netflix ini menceritakan perebutan salah satu wilayah yang sering disebut sebagai Ibu Kota dari Bumi. Jika semua negara di dunia ini menjadi satu negara, maka tidak ada yang pantas menjadi ibu kotanya selain Konstantinopel. Rise of Empires: Ottoman memiliki 1 season yang terdiri dari 6 episode, dimana setiap episode berdurasi 45 menit. Aktor dan Aktris yang memainkan serial tersebut mayoritas berasal dari Turki.
Daftar Pemeran:
Cem Yiğit Üzümoğlu sebagai Sultan Mehmed The Conqueror.
Tommaso Basili sebagai Constantine XI Palaiologos.
Tuba Büyüküstün sebagai Mara Brankovic.
Damla Sonmez sebagai Ana.
Osman Sonant sebagai Loukas Notaras.
Oke, mari kita bahas Kenapa kalian Wajib Nonton Serial Tv Rise of Empires: Ottoman? Pertama, sejarah dari kota Konstantinopel. Pada tahun 306 SM nama Konstantinopel digunakan oleh Kaisar Konstantinus I dan menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur. Romawi telah menguasai Konstantinopel lebih dari 14 abad dan selalu berhasil menghalau musuh-musuhnya dengan benteng-bentengnya yang kokoh. Sedangkan, usaha umat muslim untuk merebut Konstantinopel telah berlalu selama 800 tahun dan selalu gagal. Banyak kondisi yang menyebabkan umat islam gagal dalam penyerangan tersebut, diantaranya adalah kurangnya persediaan makanan, kurangnya pengetahuan tentang musim dingin yang terjadi di wilayah musuh, dan kurangnya pengalaman dalam meruntuhkan tembok yang kokoh dari kota Konstantinopel.
Dalam tradisi bangsa Romawi yang terekam dalam serial ini bahwa Kota Konstantinopel akan runtuh ketika dipimpin oleh keturunan ketujuh dan memiliki nama Constantine, seperti pendiri Konstantinopel, yaitu Konstantinus I. Tanda kedua adalah terjadinya gerhana bulan yang memiliki warna merah, dimana kondisi tersebut biasa diartikan sebagai akan terjadinya keruntuhan pada suatu negeri.
Dalam Islam sendiri Nabi Muhammad SAW telah memberikan sebuah bisyarah kepada umatnya, yaitu "Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebatnya pemimpin adalah pemimpinnya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya (HR. Ahmad). Bisyarah tersebut terjadi dan dituntaskan dengan gemilah oleh Kekaisaran Ottoman pada 29 Mei 1453 yang dipimpin langsung oleh Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih oleh umat muslim. Dengan sifat kepemimpinannya yang mengagumkan dan ide-idenya yang out of the box Sultan Mehmed II mampu manaklukkan Konstantinopel, dan merubah nama kota Konstantinopel menjadi Istanbul. Nama Istanbul sendiri lebih populer sejak Republik Turki dideklarasikan pada 29 Oktober 1923.
Ketika dipimpin oleh Sultan Mehmed II Istanbul langsung ditetapkan sebagai ibukota Kesultanan Utsmaniyah, dan merombak Hagia Sophia yang awalnya digunakan sebagai Gereja menjadi Masjid.
Kedua, serial yang di sutradarai oleh Emre Sahin memiliki rating 8/10. Serial ini bertemakan dokumenter, dimana setiap peristiwa yang akan terjadi terdapat beberapa sejarawan yang memberikan sebuah argumen dan pengetahuannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa serial ini sesuai dengan sejarah yang terjadi pada masa tersebut. Tetapi, tidak semua kisah yang berada dalam novel dimasukkan kedalam serial tv tersebut. Kalian akan diberikan suasana perjuangan Sultan Mehmed dalam menaklukkan Konstantinopel dan ide-idenya yang cemerlang agar kapal-kapalnya dapat berlayar di dalam teluk golden horn.
Kesimpulannya adalah bagi kalian yang memang menyukai film dokumenter dan sejarah. Serial ini sangat cocok bagi kalian yang ingin menambah pengetahuan tentang runtuhnya Konstantinopel dan mungkin juga dapat menambahkan rasa keimanan kalian kepada Allah SWT, bahwa apa yang telah diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW pasti akan terjadi.
Judul Novel : Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa - Apa Penulis : Alvi Syahrin Tahun Terbit : 2019 Jumlah Halaman : 236 halaman ISBN : 978-979-780-948-5 Buku ini merupakan keluaran kedua setelah 'Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta'. Kedua bukunya berisi cerita-cerita pendek yang memberikan gambaran tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan. Perbedaan dari buku 'Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta' ialah membahas tentang percintaan, sedangkan buku 'Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa' membahas tentang asa yang harus tetap berkobar agar kita senantiasa mengerti akan makna dari kehidupan yang fana ini. Buku yang memiliki sampul berlatar hitam dan huruf berawrna kuning cerah ini benar-benar memberikan sebuah motivasi kepada pembacanya agar kita selalu berusaha dalam lika-liku kehidupan dengan semangat walaupun menghadapi beberapa kali kegagalan. Oke,
Photo credit: Lindsay Henwood Masa depan, banyak rencana, pengorbanan dan perjuangan yang harus disusun untuk mendapatkannya. Dulu, ketika masih berumur lima sampai sepuluh tahun, cita-cita yang pertama kali kita sebutkan adalah menjadi seorang “dokter” dan seiring dengan bertambahnya usia, cita-cita itu akan menyesuaikan dengan kondisi. Banyak kekhawatiran, kegelisahan, dan pertanyaan. Salah satunya adalah, “apakah suatu hari nanti aku bisa menjadi seseorang yang sukses di masa depan?” Ketika usia anda telah menginjak umur dua puluh lima tahun keatas. Anda akan melihat sebuah fenomena dimana teman-teman yang selalu bersama dengan anda telah menjadi seseorang yang sukses. Bekerja di perusahan ternama, memiliki sebuah usaha, menikah dengan seseorang yang dicintainya, pergi mengelilingi dunia, dan membangun sebuah start up yang akan maju di kemudian hari. Karena masa depan akan selalu menjadi misteri untuk setiap orang. Jika, saat ini anda masih bingung
Judul Novel : Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta Penulis : Alvi Syahrin Tahun Terbit : 2018 Jumlah Halaman : 224 halaman ISBN : 978-979-780-934-8 Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta merupakan buku serial pertama dari 'jika kita tak pernah jadi apa-apa'. Penulis dari buku tersebut bernama Alvi Syahrin lahir di Ambon pada tanggal 20 Januari 1992. Sang penulis, sebelumnya telah menerbitkan 3 buku fiksi diantaranya adalah Dilema (2012), Swiss (2013), dan I Love You (2015). Dari judul buku tersebut dapat diketahui bahwa didalamnya akan menjelaskan beberapa kisah cinta yang biasa dialami oleh kaum remaja. Baik itu dari tidak direstui oleh orang tua, friendzone, beda agama, jarak jauh ataupun masalah lain yang berhubungan dengan jatuh cinta. Meskipun terdapat beberapa kisah yang sebenarnya tidak diceritakan, tetapi mayoritas kisah dalam buku tersebut mewakili perasaan kaum remaja. Buku tersebut mengajarkan banyak hal (ter
Komentar
Posting Komentar